Wednesday, June 04, 2008

Cerita Yang Biasa-Biasa Saja

Pada zaman dahulu kala, hiduplah seorang anak sebatang kara yang biasa-biasa saja bernama Tita. Ia tinggal bersama kakeknya yang biasa-biasa saja, di desa terpencil yang biasa-biasa saja pula. Karena Ia anak yang biasa-biasa saja, maka iapun disekolahkan di sekolah yang biasa-biasa saja.

Pada suatu hari yang biasa-biasa saja, Tita menemukan uang di jalan raya dengan jumlah 100.000 rupiah biasa. Tetapi karena Ia seorang anak yang biasa-biasa saja, maka kehidupannyapun tetap seperti biasa-biasa saja.

Ketika Ia remaja, ada sebuah peristiwa yang hebat baginya, yaitu perampokan besar-besaran di kota yang dipimpin oleh raja bandit yang biasa-biasa saja. Tetapi karena Tita itu anak yang biasa-biasa saja, maka iapun tetap menjadi anak yang biasa-biasa saja pula, dan kehidupannyapun tetap seperti yang biasa-biasa saja. Setelah lulus dari sekolahnya yang biasa-biasa saja dan dengan nilai yang biasa-biasa saja pula, Tita yang biasa-biasa saja kemudian berusaha untuk mencari pekerjaan yang biasa-biasa saja. Tetapi karena Ia hanya memiliki bakat yang biasa-biasa saja serta nilai yang biasa-biasa saja, maka iapun diterima di perusahaan yang biasa-biasa saja pula.

Di tempatnya bekerja itu, Tita mendapatkan banyak teman yang biasa-biasa saja, sehingga kehidupan sosialnyapun tetap biasa-biasa saja. Karena bekerja di perusahaan yang biasa-biasa saja, maka gajinyapun tetap biasa-biasa saja. Akhirnya, untuk menambah penghasilannya yang biasa-biasa saja itu, Tita kemudian memutuskan untuk berdagang sebagai pekerjaan sampingan yang biasa-biasa saja. Namun, Tita hanya memiliki modal yang biasa-biasa saja, karena hanya memiliki gaji yang biasa-biasa saja. Tetapi karena tekad bulatnya yang biasa-biasa saja untuk jadi pedagang, maka ia berjualan barang yang biasa-biasa saja. Setelah itu iapun mencoba untuk berdagang di pasar yang biasa-biasa saja di pinggir kota yang biasa-biasa saja itu pula. Tetapi karena pembelinya biasa-biasa saja, maka hasilnyapun tetap biasa-biasa saja pula. Tetapi hal itu sudah cukup untuk menambah penghasilannya dari yang biasa-biasa saja agar lebih dari sekedar yang biasa-biasa.

Setelah 2 tahun menjadi pegawai yang biasa-biasa saja merangkap pedagang yang biasa-biasa saja, akhirnya Tita memutuskan untuk menikah. Tetapi karena wajah Tita yang biasa-biasa saja, maka Diapun mendapatkan istri yang biasa-biasa saja pula.

Setelah menikah dengan cara yang biasa-biasa saja, dan di tempat yang biasa-biasa saja, Tita berkeinginan memiliki anak yang berkehidupan biasa-biasa saja. Akhirnya, setelah 2 tahun menunggu dengan biasa-biasa saja, Titapun memiliki seorang bayi imut yang biasa-biasa saja. Karena sudah memiliki anak yang biasa-biasa saja, penghasilan Tita yang biasa-biasa saja sudah tidak mencukupi. Untuk itu, Tita kembali melamar pekerjaan yang biasa-biasa saja menjadi seorang aktor film yang biasa-biasa saja.

Permohonannya yang biasa-biasa saja akhirnya diterima. Ia diterima di sebuah perusahaan perfilman yang biasa-biasa saja dan langsung bertugas dengan biasa-biasa saja. Ia ditugaskan menjadi seorang PU yang biasa-biasa saja. Dalam hatinya yang biasa-biasa saja, Tita bertanya-tanya, "Benarkah saya diterima menjadi PU yang biasa-biasa saja? Apakah saya diterima menjadi 'PU' (Pemeran Utama) ?" karena tidak yakin, akhirnya Tita yang biasa-biasa saja bertanya kepada kepala personalianya yang biasa-biasa saja, "Bapak kepala yang biasa-biasa saja, benarkah Saya ditugaskan menjadi Pemeran Utama? Itu bukanlah bidang saya ! Harus menghafal naskah yang biasa-biasa saja, menghafal gerakan yang biasa-biasa saja, dan sebagainya yang biasa-biasa saja, itu bukanlah bidang saya!" Kepala personalianyapun yang biasa-biasa saja menjawab "Anda saya terima menjadi PU bukannya menjadi Pemeran Utama yang biasa-biasa saja ! Tetapi Anda disini saya terima sebagai PU yaitu "Pembantu Umum" yang biasa-biasa saja ! Jadi tugas Anda hanya menyapu, mengepel, merapikan tempat, dan sebagainya dengan cara yang biasa-biasa saja ! Sehingga Anda tidak perlu repot menghafal naskah yang biasa-biasa saja dan sebagainya, bla-bla-bla...!" Titapun malu dengan biasa-biasa saja. Sekarang Tita yang biasa-biasa saja bekerja sebagai pembantu umum yang biasa-biasa saja. Tetapi penghasilannya tetap biasa-biasa saja sehingga anaknyapun tumbuh menjadi anak yang biasa-biasa saja.

Waktupun berlalu dengan biasa-biasa saja, Tita sekarang sudah menjadi orang tua. Ia tinggal di rumahnya di pinggir sungai yang biasa-biasa saja. Ia hidup dengan cara yang biasa-biasa saja. Beberapa bulan kemudian, sungai di dekat rumah Tita yang biasa-biasa saja itu meluap dengan sangat biasa-biasa sekali. Seluruh desa Tita kebanjiran hingga mencapai 14 meter. Namun karena Tita tinggal di rumah yang biasa-biasa saja, maka keadaan dan kehidupan Tita tetap seperti yang biasa-biasa saja.

Sekarang anak Tita yang biasa-biasa saja sudah besar. Ia sudah dapat bekerja di tempat yang biasa-biasa saja. Gajinyapun seperti yang biasa-biasa saja dan sama dengan ayahnya dulu yang biasa-biasa saja. Ketika berjalan-jalan ke taman kota yang biasa-biasa saja, ia bertemu pada seorang gadis kaya yang biasa-biasa saja. Ia berniat untuk menikahi gadis kaya itu dengan cara yang biasa-biasa saja pula.

Akhirnya suatu hari anak Tita yang biasa-biasa saja tersebut dapat menikahi gadis kaya yang biasa-biasa saja dengan pesta yang biasa-biasa saja.

Setelah menikah dengan seorang gadis kaya yang biasa-biasa saja, anak Tita itu memiliki 2 orang anak kembar yang biasa-biasa saja.

Akhirnya Tita yang biasa-biasa saja itu meninggal dengan cara yang biasa-biasa saja. Ia dikubur secara biasa-biasa saja di pemakaman yang biasa-biasa saja dan dengan cara yang biasa-biasa saja pula.

ps: pegel ngetik...

2 comments:

dhy_reafully said...

aDuUh,,

bIsA JugA nEeY PgEl gRa2 nGeTIK..


wOoY,, Lo fOtO DmAnA AjA tUgH..
LaEn kAlI, AjAg2 gW,, OuKeEh

Anonymous said...

wkwkwk..biasa biasa saja nih cerita
kocakny jg biasa biasa saja..
mgkn seperti yg buat, juga biasa biasa saja..
wkwkwk