Thursday, June 19, 2008

Tragedi "Sajjad Ali" dan "Difference"

Hehe... Meskipun sepertinya sudah terasa begitu basi aplikasi-aplikasi semacam "Sajjad Ali" dkk, tapi kenapa masih saja ada orang yang belum tahu aplikasi seperti itu ?

Agak konyol tadi siang. Pas jam pelajaran Speaking and Listening, berhubung pelajaran udah selesai, tapi masih ada sisa waktu nunggu jam pulang. Akhirnya Mr. Ikhlas memutuskan untuk memutar video-video musik kesukaan dia buat diliatin ke anak-anak sambil nunggu bel pulang.

File dibuka. Tapi kok gak ada respon dari komputer ? Beuh, beliau minta di cek komputernya. Drap-drap-drap... Komputer aku cek... Bzzz.... Ternyata, format videonya *.FLV Ketahuan baru di download dari YouTube tuh ! hehehe... Keren juga Mr. Ikhlas ! Salut !

Berhubung Windows Media Player yang ada di komputer Room 102 itu gak bisa nge-play video berformat *.FLV, akhirnya aku berotoritasi untuk meng-Install FLV Player.

Instalasi dimulai. Bar mulai berjalan sedikit demi sedikit menuju ke angka 100%. Lancar... Eits... Tapi di tengah jalan, instalasi berhenti ! Ternyata gak bisa... Aku bukan admin komputer itu, jadi gak bisa sembarang install-install barang pecah belah disana.

Berang + kesel... Gak bisa nge-Play video² gokil yang boleh nemu di YouTube juga. Puter otak dikit,,,,... Mentok... Gak ada ide. Yaudah terpaksa harua disudahi semua permainan ini. Angkat tangan...

Eitsss....
Tunggu dulu... Sepintas aku melihat dua buah aplikasi yang judulnya "SajjadAli" dan "Difference" di direktori utama flash disk. Wah, kesempatan nih ! Aplikasi buat ngerjain (baca: ngagetin) orang yang lumayan manjur meskipun sudah lumayan uzur (menurut gw)...
Pencet yukkk...
hihihi...

Aplikasipun berjalan dengan normal. Dia gak memerlukan player lain soalnya. Tapi kalau dipikir-pikir gak bakalan ada yang kaget deh, soalnya file ini sudah berkali-kali kupakai buat ngerjain orang. Yah, gak seru...

Di luar dugaan, anak-anak ternyata masih ada aja yang belum tau aplikasi kayak gitu. Pertama-tama mereka enjoy. Kemudian... Pas penampakannya setannya muncul, banyak yang pada teriak-teriak ketakutan. Ampe pelukan ama njerit-njerit histeris... Sanjung n' Wilmar lari sampe nabrak pintu. Reza (baca: Palkon) sampai lari nubruk bangku. Yang lainnya ? Yang jelas pada screaming smua... Wakakaka... Makan tuh !

Selese nge-Play, beberapa detik kemudian, aku diserbu sama anak-anak yang tadi pada kaget gila-gilaan. Kepalaku jadi sasaran amukan massa... Ahhh sial... Wakakakakaka, tapi lumayan puas ngerjain mereka (sorry bro)...

Hehehehe... ternyata... Jaman kayak gini masih ada aja yang gak tau aplikasi gituan !!!
Nih, gratis buat didownload !!!

download Sajjad Ali
download Difference

Jangan lupa Maksimalkan volume speaker ya !!!

Mau lagi? Klik: disini

Thursday, June 12, 2008

Cara Memperbanyak Comment Friendster Dengan Instant

Kemarin dah berkali-kali aku coba n masih bisa. Ternyata "bug" ini masih belum dibenahi oleh pihak Friendser. Entah tidak ingin ataupun tidak bisa mereka menutupnya, yang jelas ada beberapa pihak lain (baca: gw) yang bisa menikmati "bug" ini hanya sebagai iseng-iseng saja ! (Pasti donk ! Namanya Friendster pasti buat iseng ya ?) Hehehe... Aku cobanya pake browser Mozilla Firefox 2.0.0.15 sama Opera 9.2. Gak pake IE 7 (takut kalo pake IE...) Pokoknya singkatnya gini:

Trik²nya...

1. Pada halaman Friendster, klik "Settings"

2. Nah, settingan "approve comment automatically" ubah jadi ke "never" :


3. Kalo udah, klik "save" yang ada di bawahnya...

4. Nah, abis itu suruh temen loe isi comment ke loe ! Tapi inget, bales comment² itu, tapi jangan di approve... (lho ?) iya, kita tungu sampai comment yang ada berakumulasi sampai 10 biji... hehehe... biar gak capek...

5. Kalo udah berakumulasi, klik "select all" disono..., jadinya gini neeh...


6. Abis itu klik tombol ini :


7. Abis itu muncul kayak gini, trus tombol "Yes" di klik berkali-kali dengan frekuensi 2 klik per detik, klik terus sampai bosan...


8. Tunggu halaman berikutnya nge-load...

Blaaaammmmm... Comment bakalan nambah secara instant deh...

Kalo gak ngerti, silahkan tanya ke pihak yang berwajib.
Tapi sayang kawan... Sekarang nampaknya "BUG" ini sudah di Patch oleh pihak Friendsternya. Jadi kemarin pas dicoba sudah gak bisa lagi.

Tuesday, June 10, 2008

Untitled Poem
© Juni 2006

Tak tentu degupan jantung ini
Ingin rasanya rebah disampingmu
Tak kuasa ku tahan rasa ini
Tuk nikmati indahnya senyummu
Alangkah menyejukkan kalbu

Mungkinkah terwujud keinginanku
Untuk selalu bersamamu
Hidup dalam dekapmu
Andai kau tahu
Makin ku mencintaimu
Makin ku menyayangimu
Alangkah bahagianya hati ini
Dengan hadirmu disini

Hampa rasa hati ini
Apabila tanpa candamu disini
Bisakah kau tahu isi hatiku
Ingin ku coba tuk selalu
Berikan yang eterbaik bagimu

Wednesday, June 04, 2008

Cerita Yang Biasa-Biasa Saja

Pada zaman dahulu kala, hiduplah seorang anak sebatang kara yang biasa-biasa saja bernama Tita. Ia tinggal bersama kakeknya yang biasa-biasa saja, di desa terpencil yang biasa-biasa saja pula. Karena Ia anak yang biasa-biasa saja, maka iapun disekolahkan di sekolah yang biasa-biasa saja.

Pada suatu hari yang biasa-biasa saja, Tita menemukan uang di jalan raya dengan jumlah 100.000 rupiah biasa. Tetapi karena Ia seorang anak yang biasa-biasa saja, maka kehidupannyapun tetap seperti biasa-biasa saja.

Ketika Ia remaja, ada sebuah peristiwa yang hebat baginya, yaitu perampokan besar-besaran di kota yang dipimpin oleh raja bandit yang biasa-biasa saja. Tetapi karena Tita itu anak yang biasa-biasa saja, maka iapun tetap menjadi anak yang biasa-biasa saja pula, dan kehidupannyapun tetap seperti yang biasa-biasa saja. Setelah lulus dari sekolahnya yang biasa-biasa saja dan dengan nilai yang biasa-biasa saja pula, Tita yang biasa-biasa saja kemudian berusaha untuk mencari pekerjaan yang biasa-biasa saja. Tetapi karena Ia hanya memiliki bakat yang biasa-biasa saja serta nilai yang biasa-biasa saja, maka iapun diterima di perusahaan yang biasa-biasa saja pula.

Di tempatnya bekerja itu, Tita mendapatkan banyak teman yang biasa-biasa saja, sehingga kehidupan sosialnyapun tetap biasa-biasa saja. Karena bekerja di perusahaan yang biasa-biasa saja, maka gajinyapun tetap biasa-biasa saja. Akhirnya, untuk menambah penghasilannya yang biasa-biasa saja itu, Tita kemudian memutuskan untuk berdagang sebagai pekerjaan sampingan yang biasa-biasa saja. Namun, Tita hanya memiliki modal yang biasa-biasa saja, karena hanya memiliki gaji yang biasa-biasa saja. Tetapi karena tekad bulatnya yang biasa-biasa saja untuk jadi pedagang, maka ia berjualan barang yang biasa-biasa saja. Setelah itu iapun mencoba untuk berdagang di pasar yang biasa-biasa saja di pinggir kota yang biasa-biasa saja itu pula. Tetapi karena pembelinya biasa-biasa saja, maka hasilnyapun tetap biasa-biasa saja pula. Tetapi hal itu sudah cukup untuk menambah penghasilannya dari yang biasa-biasa saja agar lebih dari sekedar yang biasa-biasa.

Setelah 2 tahun menjadi pegawai yang biasa-biasa saja merangkap pedagang yang biasa-biasa saja, akhirnya Tita memutuskan untuk menikah. Tetapi karena wajah Tita yang biasa-biasa saja, maka Diapun mendapatkan istri yang biasa-biasa saja pula.

Setelah menikah dengan cara yang biasa-biasa saja, dan di tempat yang biasa-biasa saja, Tita berkeinginan memiliki anak yang berkehidupan biasa-biasa saja. Akhirnya, setelah 2 tahun menunggu dengan biasa-biasa saja, Titapun memiliki seorang bayi imut yang biasa-biasa saja. Karena sudah memiliki anak yang biasa-biasa saja, penghasilan Tita yang biasa-biasa saja sudah tidak mencukupi. Untuk itu, Tita kembali melamar pekerjaan yang biasa-biasa saja menjadi seorang aktor film yang biasa-biasa saja.

Permohonannya yang biasa-biasa saja akhirnya diterima. Ia diterima di sebuah perusahaan perfilman yang biasa-biasa saja dan langsung bertugas dengan biasa-biasa saja. Ia ditugaskan menjadi seorang PU yang biasa-biasa saja. Dalam hatinya yang biasa-biasa saja, Tita bertanya-tanya, "Benarkah saya diterima menjadi PU yang biasa-biasa saja? Apakah saya diterima menjadi 'PU' (Pemeran Utama) ?" karena tidak yakin, akhirnya Tita yang biasa-biasa saja bertanya kepada kepala personalianya yang biasa-biasa saja, "Bapak kepala yang biasa-biasa saja, benarkah Saya ditugaskan menjadi Pemeran Utama? Itu bukanlah bidang saya ! Harus menghafal naskah yang biasa-biasa saja, menghafal gerakan yang biasa-biasa saja, dan sebagainya yang biasa-biasa saja, itu bukanlah bidang saya!" Kepala personalianyapun yang biasa-biasa saja menjawab "Anda saya terima menjadi PU bukannya menjadi Pemeran Utama yang biasa-biasa saja ! Tetapi Anda disini saya terima sebagai PU yaitu "Pembantu Umum" yang biasa-biasa saja ! Jadi tugas Anda hanya menyapu, mengepel, merapikan tempat, dan sebagainya dengan cara yang biasa-biasa saja ! Sehingga Anda tidak perlu repot menghafal naskah yang biasa-biasa saja dan sebagainya, bla-bla-bla...!" Titapun malu dengan biasa-biasa saja. Sekarang Tita yang biasa-biasa saja bekerja sebagai pembantu umum yang biasa-biasa saja. Tetapi penghasilannya tetap biasa-biasa saja sehingga anaknyapun tumbuh menjadi anak yang biasa-biasa saja.

Waktupun berlalu dengan biasa-biasa saja, Tita sekarang sudah menjadi orang tua. Ia tinggal di rumahnya di pinggir sungai yang biasa-biasa saja. Ia hidup dengan cara yang biasa-biasa saja. Beberapa bulan kemudian, sungai di dekat rumah Tita yang biasa-biasa saja itu meluap dengan sangat biasa-biasa sekali. Seluruh desa Tita kebanjiran hingga mencapai 14 meter. Namun karena Tita tinggal di rumah yang biasa-biasa saja, maka keadaan dan kehidupan Tita tetap seperti yang biasa-biasa saja.

Sekarang anak Tita yang biasa-biasa saja sudah besar. Ia sudah dapat bekerja di tempat yang biasa-biasa saja. Gajinyapun seperti yang biasa-biasa saja dan sama dengan ayahnya dulu yang biasa-biasa saja. Ketika berjalan-jalan ke taman kota yang biasa-biasa saja, ia bertemu pada seorang gadis kaya yang biasa-biasa saja. Ia berniat untuk menikahi gadis kaya itu dengan cara yang biasa-biasa saja pula.

Akhirnya suatu hari anak Tita yang biasa-biasa saja tersebut dapat menikahi gadis kaya yang biasa-biasa saja dengan pesta yang biasa-biasa saja.

Setelah menikah dengan seorang gadis kaya yang biasa-biasa saja, anak Tita itu memiliki 2 orang anak kembar yang biasa-biasa saja.

Akhirnya Tita yang biasa-biasa saja itu meninggal dengan cara yang biasa-biasa saja. Ia dikubur secara biasa-biasa saja di pemakaman yang biasa-biasa saja dan dengan cara yang biasa-biasa saja pula.

ps: pegel ngetik...