Wednesday, January 27, 2010

The Flower Garden

Kawan, dulu aku pernah punya kebun bunga sendiri. Kupilih tanah dengan kualitas terbaik untuk tempat hidup bagi bunga yang terbaik pula. Segala macam cara kulakukan agar bibit bunga itu mampu bertahan hidup di dalam kebun bungaku.

Hari berganti hari, pekan berganti pekan, tak terasa sudah tiga bulan ku tanam bibit bunga itu di kebunku. Tunas-tunas bunga sudah terlihat dan siap untuk bermekaran. Tiap hari kusirami, kuberi pupuk, kusiangi, dan tentunya selalu kurawat. Bahkan akan tetap kujaga walaupun badai dan hujan serta serbuan hama menerpa. Aku amat sayang dengan bungaku itu.

Suatu hari, akhirnya kuncup bunganya terbuka. Warnanya cerah, bunganya indah, dan harumnya semerbak. Betapa bahagia rasa hatiku penuh euforia kepuasan tersendiri. Makin lama, banyak kupu-kupu beterbangan di sekitar kebun bungaku. Bertambah bahagialah rasa hatiku setelah semua yang kulakukan ternyata memiliki hasil yang baik.

Tak berapa lama mulailah muncul buah. Makin bergembiralah hatiku, tiap hari ku bersyukur kepada Tuhan yang telah memberikan kehidupan bagi setangkai bunga yang kini siap berbuah. Aku termenung, menanti datangnya hujan rahmat Ilahi turun di kebun bungaku.

Mendung datang, kegelapan menerpa, angin menderu. Aku tetap menjaga bungaku yang kini berbuah agar tetap survive. Dengan segala cara kulindungi dia dari segala yang merusak agar nanti dapat kupetik buahnya.

Hari kembali terang, langit begitu cerah. Aku bersandar di bangku taman dalam kebunku. Menikmati indahnya dunia. Tapi sayang, hari itu aku sedang kurang sehat, jadi tak bisa berbuat banyak. Mungkin hanya sanggup untuk sekedar menyirami bunga itu saja, tidak lebih dan tidak kurang.

Tiba-tiba, datanglah seorang pria. Dia masuk ke kebunku tanpa izin. Menggunakan sepatu boot-nya yang berat kemana-mana. Dia berjalan dengan angkuhnya, mengacak-acak kebunku, menginjak-injak tanpa perasaan. Aku yang sedang sakit tak mampu berbuat apa-apa. Hanya terdiam berharap semuanya diganti oleh Tuhan Yang Maha Kuasa. Hingga buah yang sudah cukup matang itu dia bawa, dan kemudian dia bakar seluruh isi kebunku aku pun tak dapat berbuat apa-apa. Hanya terdiam dalam kepiluan.

Hari berganti hari, bulan berganti bulan, dan tahun pun telah bergulir. Aku sudah mendapatkan bibit bunga lagi. Kali ini bahkan lebih bagus daripada yang lalu. Tiap hari kusirami, kusiangi, dan kurawat dalam kebunku. Tapi sayang kawan, bunga ini bukanlah bunga milikku.

No comments: