Alhamdulilah, akhirnya setelah inden selama
satu hari datanglah juga motor pesananku. Motor hasil kerja susah payah seorang Ibu demi kemudahan transportasi anaknya yang tercinta. Benar-benar mengharukan.
Lepas dari semua itu, setelah saya coba inreyen motor ini sebentar, ya bolehlah sedikit di share disini. Motor saya kebetulan (emang mintanya) warna
Abu-abu hitam. Untuk spesifikasinya bisa dilihat di website resminya
Suzuki Indonesia.
Secara penampakan, beginilah :

Tampak depan. Masih belum ada plat nomornya. Namanya juga masih Inreyen.

Tampak belakang samping kiri. Desain penutup rantainya sepertinya kurang pas. Kalau dipakai di jalan yang berlubang
sering mengeluarkan bunyi yang agak mengganggu.

Tampak kanan belakang. Satu hal lagi,
hati-hati dengan knalpot motor ini. Silencer knalpotnya tidak ada guard. Kalau kena kaki, panasnya langsung tersalurkan dengan baik. Seumur hidup, baru knalpot motor ini yang pernah nyium kaki saya. Langsung melepuh. huhuhu

Ini tampilan belakangnya, masih tetap ramping seperti pendahulunya. Asyik kalau dibuat ngebut,
nggak begitu kaku tapi juga nggak melayang.

Ciri yang paling mencolok dari Satria model baru ini yaitu batok lampunya yang baru. banyak orang yang bilang bentuknya aneh. Yang jelas ukurannya lebih besar dibanding pendahulunya, letak lampu sein juga berubah. Kata orang lebih mirip
Suzuki GSX-R 600.

Kalau ini tampak samping kanannya. Lis di Velg itu saya pasang sendiri. Tapi sepertinya dengan warna putih agak sedikit aneh.

Tampak samping kiri. Masih standar pabrik. Sedikit kotor karena habis saya pakai.

Ini dashboardnya. Ada bingkai
Chrome di tachometer. Yang saya suka ada
tekstur anyaman di dashboardnya. Di bagian kanan juga ada
pengatur mode pada motor.

Ada tiga mode, mode pertama mode
polos, tidak ada apa-apa. Mode kedua yaitu mode "
Eco", mode ketiga mode "
Power". Untuk mengubah modenya, hanya tinggal memencet tombol mode yang ada di
bagian kanan dashboard. Tetapi mengubahnya hanya bisa dilakukan jika
dibawah kecepatan 10 km/jam. Sayang, fungsi ini hanya
sebagai pengingat untuk ganti gigi saja, tidak ada perubahan pada mesin. Semuanya tetap tergantung pada pengemudi.

Beginilah kalau kunci kontak diputar ke posisi ON. Tidak peduli siang atau malam hari tetap saja lampunya nyala.

Pada mode "Eco", lampu putih akan menyala kedap-kedip dari
4.500 rpm - 5.500 rpm. Setelah 5.500 rpm lampu akan menyala terus. Menandakan transmisi mesti dinaikkan ke gigi yang lebih tinggi agar lebih irit bensin. Sedangkan pada mode "Power" lampu mulai menyala di
8.500 rpm. Tapi saya rasa kadang, fitur ini agak kurang berguna. Pada mode "Eco" kalau saya ganti gigi ketika lampu berkedap-kedip sepertinya agak tanggung, selain itu pergantian gigi jadi kurang halus. Saya lebih memilih tetap pakai perasaan saja kalau mengganti gigi. Sama dengan di mode power, agak nanggung juga kalau mengganti gigi ketika lampu masih berkedap-kedip. Sepertinya lebih nikmat mengganti giginya kalau lampu sudah benar-benar menyala terus tanpa kedap-kedip. Yah, sekitar kisaran 10.000 rpm.

Strippingnya baru, berbeda dengan Suzuki Satria model lama.

Bentuk bibir knalpotnya berbeda dengan model yang lama. Bibir ini bisa dilepas dan dipasang kembali. Tapi kalau dilepas, menurut saya jadi kurang bagus tampilannya.

Rem belakang masih sama seperti pendahulunya. Saya coba beberapa kali, baru menginjak rem sedikit tapi ban sudah mendecit, bahkan di jalan yang kering. Sedikit berbahaya kalau dibawa dengan kecepatan tinggi.

Rem depan juga masih sama dengan versi sebelumnya. Rem cakram dengan diameter yang cukup besar.

Oh iya, motor ini sudah dilengkapi
electric starter. Lumayan membantu kalau tiba-tiba mati mesin pada saat macet.
Sepertinya cukup demikian tentang review Suzuki New Satria F150 versi saya kali ini. Kalau ada yang kurang bisa lihat-lihat di
sini. Terima Kasih